Shalat Syariat, Tarekat, dan Hakikat

Gerakan Shalat Itu Gerakan KehidupanDalam peringatan Isra Mi’raj 27 Rajab setidaknya kita dapat melakukan evaluasi shalat. Salah satunya memahami dan mengamalkan jenis-jenis shalat yang dikenal dengan nama shalat syariat, tarekat, dan hakikat.

Shalat syariat, tarekat, dan hakikat adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam Islam. Ketiganya merupakan tingkatan spiritual yang berbeda, yaitu syariat, tarekat, dan hakikat.

Shalat Syariat

Shalat syariat adalah shalat yang mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah SWT. Rukun dan syaratnya harus terpenuhi. Contohnya shalat dengan gerakan rukuk, sujud, dan iktidal.

Shalat Tarekat

Shalat tarekat adalah shalat yang dilakukan dengan hati yang hadir, sehingga shalatnya sangat dalam. Shalat yang ditekankan pada fungsinya sebagai wushlah, yaitu menghubungkan antara hamba dan Tuhan (Allah SWT).

Shalat Hakikat

Shalat hakikat adalah sholat yang dilakukan dengan cara sendiri, baik di dalam shalat formal maupun dengan shalat duduk. Hati selalu terhubung dengan Allah SWT, dan tidak lagi terikat dengan istilah waktu-waktu shalat.

Shalat syariat, tarekat, dan hakikat merupakan bagian dari perjalanan keagamaan Islam.

Shalat Syariat dan Hakikat Menurut Abdul Qadir Al-Jilani

Syekh Abdul Qadir Al-Jilani dalam Sirrul Al-Asrar menjelaskan tentang perbedaan shalat syariat dan shalat tarekat. Sebelum menjelaskan shalat syariat dan shalat tarekat, Syekh Abdul Qadir Al-Jilani mengutip firman Allah SWT:

حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰ وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ

“Peliharalah semua shalatmu, dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu.“(QS. Al-Baqarah: 238)

Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jilani, shalat syariat bertendensi kepada firman Allah SWT, yaitu, Hafiduu Alas Shalawati yang artinya kita diwajibkan menjaga shalat lima waktu (dzuhur, ashr, maghrib, isya, dan subuh). Shalat lima waktu tersebut dikerjakan oleh jasmani (badan) seperti, berdiri, membaca fatihah, rukuk, sujud, duduk, bersuara, atau melafadzkan rukun-rukun qauli (ucapan).

Shalat tarekat tempatnya di dalam hati dan terus menerus tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Shalat tarekat bertendensi pada firman Allah SWT, yaitu, Wasshalawati Al-Wustha.

Yang dimaksud sholat Al-Wustha adalah sholat tarekat atau shalatnya hati karena penciptaan hati di posisikan di tengah jasad yang berada diantara kanan dan kiri, diantara tinggi dan rendah, dan diantara selamat dan celaka.

Rasulullah Saw bersabda:

إن القلوب بين أصبعين من أصابع الرحمن ، إن شاء أقامها وإن شاء أزاغها

“Sesungguhnya hati-hati manusia berada diantara dua jari dari jari-jari ar-Rahman, jika Dia menghendaki, Dia tetapkannya, dan jika Dia menghendaki, Dia belokkannya” (HR. At-Tirmidzi)

Yang dimaksud jari-jari Ar-Rahman dalam hadis di atas, adalah dua sifat Allah, yaitu, sifat Allah yang maha memaksa dan maha lembut, karena Allah disucikan dari sifat memiliki jari-jemari. Dan hadis di atas, sebagai dalil atau rujukan dari shalat tarekat atau sholat hati.

Syekh Abdul Qadir Al-Jilani menjelaskan shalat syariat secara spesifik, bahwa shalat syariat yaitu, shalat yang telah ditetapkan waktunya sehari-semalam sebanyak lima waktu. Shalat syariat disunnahkan berjemaah di masjid dan harus menghadap ke kiblat, dan bagi makmum harus mengikuti pergerakan imamnya.

Adapun shalat tarekat, yaitu, terus menerus selama ia masih hidup, masjidnya adalah hati, jemaahnya adalah kuatnya batin (hati) dari menyibukkan diri mengingat Allah, imamnya adalah rindunya hati kepada Allah, kiblatnya adalah khadirat Allah yang maha satu tampa sekutu. Hatinya tidak mati dan tidak tidur, hatinya merepotkan diri mengingat Allah dalam keadaan tidur dan terjaga, disebabkan hatinya selalu hidup. Hidupnya hati tampa suara, tampa berdiri, dan tampa duduk. Hal tersebut tergambar dalam sabda Nabi Muhammad Saw:

الأنبياء والأولياء يصلون فى قبورهم كما يصلون فى بيوتهم

“Para Nabi dan para Auliya’ (kekasih Allah SWT) mereka sholat di dalam kuburnya sebagaimana halnya mereka sholat di rumah mereka.” (HR. Imam Malik dalam Al-Muwaththa: 28)

Para Nabi dan para Auliya’ (kekasih Allah) merepotkan diri dengan selalu mengingat Allah SWT, dikarenakan hati mereka selalu hidup. Ketika berkumpul shalat syariat dan shalat tarekat secara zahir dan batin, maka sempurnalah shalatnya dan pahalanya sangat besar, mereka termasuk ahli ibadah secara zahir dan ahli makrifat secara batin.

Video Ceramah tentang Shalat Syariat, Tarekat, dan Hakikat

 

Posted in Kajian, Sholat and tagged , , , .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *