Oleh L. Nihwan Sumuranje
Demi Kitab (Al Quran) yang menerangkan (QS. Az-Zukhruf [43]: 2).
Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya) (QS. Az-Zukhruf [43]: 3).
Mahasuci Allah Swt yang telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an. Ada yang bertanya, mengapa bukan bahasa lain yang Allah jadikan sebagai bahasa Al-Quran? Jawabannya antara lain terserah Allah Swt.
Allah Yang Maha Mengetahui Segala Sesuatu. Kita tinggal mengikuti saja. Allah Yang Maha Mengetahui jalan keselamatan, lalu memetakan rute yang harus dilalui umat manusia, dan peta menuju keselamatan itu termuat dalam Al-Quran yang berbahasa Arab.
Yang pasti, tidak mungkin Allah bersumpah dengan sesuatu yang sia-sia. Sebaliknya, sesuatu yang yang dijadikan sumpah adalah yang sangat penting. Seperti yang tertera dalam QS. Az-Zukhruf [43]: 2, Allah Swt bersumpah dengan menggunakan: “Kitab (Al Quran)”.
Al-Qur’an yang dijadikan sumpah itu menggunakan bahasa Arab. Sungguh betapa pentingnya bahasa Arab. Karena kita tidak mungkin mengerti apa yang terkandung di dalam Al-Quran kecuali dengan memahami bahasa Arab atau sulit memahami Al-Quran tanpa bertanya kepada para ulama.
Bahasa apa yang dipakai Adam dan Hawa saat Allah turunkan ke dunia? Sebagian ulama menjawab, bahwa komunikasi ayah dan ibu umat manusia itu menggunakan bahasa yang pernah mereka pergunakan di surga.
Ini terlepas atau tidak terlepas dari makna surga yang oleh sebagian ulama antara lain Ibnu Qoyyun Al-Jauzi dan yang sepemahaman dengannya, bahwa surga yang ditempati Nabi Adam as dan Hawa surga dengan makna kebun atau taman. Bukan surga yang kekal nanti di akhirat.
Di buku Petunjuk ke Surga Menurut Al-Qur’an, penulis mengumpulkan banyak pendapat para ulama tentang “jannah atau surga” dengan beberapa makna yang intinya memusat pada dua kesimpulan bahwa surga yang pernah ditempati Nabi Adam as dan Hawa adalah jannah yang ada di dunia.
Bahasa Arab adalah bahasa pertama, tertua, dan induk bahasa dari segala bahasa yang digunakan untuk komunikasi oleh umat manusia di dunia ini. Sedikit membayangkan, yang namanya induk jangankan induk bahasa dari segala bahasa, induk kamus bahasa saja betapa amat dibutuhkan untuk menerjemahkan dari satu bahasa ke suatu bahasa lainnya.
Hal yang logis kalau selanjutnya bahasa induk itu kemudian dijadikan bahasa universal untuk seluruh dunia.
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya” (QS. Yusuf [12]: 2).
“Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam” (QS. Asy-Syura [42]: 7).
Atas takdir Allah Swt, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththallib dilahirkan di Mekah. Mekah merupakan bagian dari negeri Arab. Hal yang logis pula kemudian Al-Quran diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab (bukan non-Arab).
“Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: ‘Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?’ Apakah (patut Al-Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: ‘Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh” (QS. Fussilat [41]: 44).
Sulit kita terima dengan rasio bahwa Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththallib yang lahir dan tumbuh menjadi dewasa di Arab, kemudian Al-Qur’an turun dengan bahasa Jawa, Sunda, Minang, Batak, Inggris, India, Afrika, dan sebagainya.
Pastinya, untuk memberikan peringatan kepada orang-orang terdekat mulai dari keluarga, lingkungan terdekat tentu dengan bahasa Arab, bahasa kaumnya (Muhammad) yaitu orang-orang Quraisy di masa awal-awal turunnya Al-Qur’an dan kemudian orang-orang yang terbilang jauh secara geografis untuk selanjutnya ke seluruh dunia, untuk seluruh umat manusia.
Al-Quran merupakan kitab yang paling fasih dalam menjelaskan kedalaman serta keluasan makna, paling mengena di hati serta pikiran dalam memberikan arahan kepada manusia tentang apa dan bagaimana hidup harus dijalani yang penuh dengan kesementaraan ini dan nanti akan segera berpindah ke negeri akhirat yang kekal.
Al-Qur’an kitab yang paling fasih menjelaskan segala perkara yang terkait dengan tauhid yang benar, ibadah yang benar, dan akhlak yang benar.
Berulang-ulang Allah Swt mengabarkan tentang adanya janji (surga) dan ancaman (neraka). Dalam bahasa Umar bin Khaththab, tidaklah Al-Qur’an bicara surga kecuali diiringi neraka dan sebaliknya, tidaklah Al-Quran bicara neraka tanpa diiringi surga. Titik keseimbangan yang luar biasa. Keindahan yang menyentuh, menyapa serta memotivasi manusia untuk menggunakan akal yang telah Allah karuniakan kepada manusia.
Pengulangan tentang ancaman dan janji yang tertera dalam Al-Quran secara berulang kali, seharusnya dapat kita jadikan bahan ajar dalam melakoni kurikulum kehidupan berdasarkan bahan pustaka yang merujuk Al-Quran sebagai pedoman utama (QS. Ta Ha [20]: 113,QS. Az-Zumar [39]: 28 dan QS. Fussilat [41]: 3).
Tidak ada kosa kata sebanyak, seindah dan semerangsang hati dan pikiran sebagaimana yang tertuang dalam Al-Quran. Penyajiannya singkat padat, namun mengandung pesan yang mendalam dan meluas tentang akidah, ibadah dan akhlak.
Al-Qur’an yang diturunkan dalam bahasa Arab itu memotivasi umat manusia untuk mendalami, memikirkan dan sekaligus menggali solusi kehidupan yang terkait dengan teknologi dan ilmu pengetahuan.
Al-Qur’an juga begitu fasih menjelaskan asal mula penciptaan manusia dan akan ke mana manusia melakukan perjalanan hidup yang sebenarnya. Berbagai macam ilmu dibicarakan dalam Al-Quran. Al-Quran kitab yang senantiasa mengajak dialog dengan perkembangan keterdahuluan, kekinian dan kenantian dengan segala aspek yang mengitarinya.
Al-Qur’an di mana-mana di belahan dunia bahasanya satu, yakni bahasa Arab. Bukan bahasa yang lainnya. Bukan bahasa yang berbeda-beda. Di belahan timur dan barat, selatan dan utara, Qurannya satu Al-Quran dalam bahasa Arab. Yang beda hanya terjemahannya, yang disesuaikan dengan masing-masing daerah.
Allah Swt menjamin keaslian Al-Quran. Asli tidak akan ada yang mampu merubah dari sejak diturunkan sampai kapan pun. Ini sudah janji Allah untuk menjaga Al-Quran (QS. Al-Hijr [15]: 9).
Keistimewaan Bahasa Arab
“Dan Tuhanmu menciptakan apa saja yang Dia kehendaki dan Dia memilih (sesuai yang Dia kehendaki). Mereka tidak bisa menentukan pilihan” (QS. Al-Qashas [28]: 68).
Kita pasrahkan kepada Allah Swt mengapa Al-Quran menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an. Ini persoalan mahdhah yang tidak bisa kita tawar-tawar lagi.
Meski demikian, tidak ada salahnya kita menggali ada apa dan mengapa dengan bahasa Arab. Sepanjang bertujuan untuk meningkatkan keimanan kita dihadapan Allah Swt, bahkan itu bagus.
Azhar Bin Muhammad dalam tulisannya yang termuat di Jurnal Teknologi, 42(E) Jun. 2005: 61–76 Universiti Teknologi Malaysia mengupas banyak hal yang terkait dengan keistimewaan Bahasa Arab.
Setidaknya ada lima hal yang dikemukakan Azhar Bin Muhammad mengenai keistimewaan bahasa Arab.
Pertama, Bahasa Arab adalah Bahasa yang kaya dengan kosa kata.
Kosa kata dalam bahasa Arab sedemikian kaya dan mencakup semua bidang. Tidak miskin bahasa serta ungkapan. Satu kata saja memiliki beberapa arti. Satu kalimat mempunyai banyak kaka varian (tasrif). Banyak pula kata yang memiliki kesamaan arti atau kemiripan untuk menjelaskan sesuatu yang sebenarnya berbeda.
Kedua, Bahasa Arab Mempunyai Kaidah Analisis Struktur Ayat (i’irab) yang Sempurna.
I’irab yang secara sederhana dapat kita pahami sebagai perubahan harokat pada akhir kalimat, yang antara lain berfungsi sebagai penjelasan untuk manfaat atau maksud tertentu pada hukum atau kedudukan tertentu.
Jika pada poin varian atau tasrif bisa dipelajari dengan disiplin ilmu yang bernama sharaf, maka i’irab ini bisa dipelajari dengan disilin ilmu yang bernama nahwu. Nahwu dan sharaf adalah pelajaran tentang gramatika Bahasa Arab. Model gramatika Bahasa Arab seperti yang tertuang dalam Nahwu dan sharaf, tidak ditemukan dalam disiplin ilmu bahasa manapun di dunia ini.
Ketiga, Bahasa Arab Mempunyai Sistem Morfologi yang Unik.
Morfologi yang dalam konteks ini kita pahami sebagai bentuk kata atau perubahan dari satu kata ke kata lainnya yang diiringi dengan perubahan arti dan makna. Diantara keunikan dalam Bahasa Arab umpamanya kita kenal ada Fi’il Madhi, Fi’il Mudhari, Masdar, Isim Fail, Isim Maful, Fi’il Amr, Fi’il Nahi, Isim Makan, Isim Zaman, Isim Alat dan lain sebagainya. Sangat unik, dari satu perubahan ke perubahan kata lainnya menunjukkan arti serta makna yang berbeda.
Keempat, Bahasa Arab Adalah Bahasa Berdaya Tahan dan Ringkas (ijaz).
Bahasa Arab itu benar-benar fleksibel. Mampu berdialektika dengan keterdahuluan, kekinian dan kenantian. Tidak akan lekang dimakan waktu. Mampu menyesuaikan dengan kondisi zaman. Tulisannya singkat. Isinya ringkas-padat, mendalam sekaligus meluas.
Kelima, Bahasa Arab Mempunyai Ungkapan yang Halus dan Teliti.
Kelembutan dan ketelitian menunjukkan tingkat kedewasaan dan kebijaksanaan. Lebih menyapa perasaan dan memotivasi pemaksimalan otak (kiri dan kanan). Suatu kebenaran yang disampaikan dengan cara lembut dan teliti, tentu akan lebih mengena pendengar, dibandingkan dengan sesuatu yang disampaikan dengan kasar dan tidak tertata, walaupun itu benar.
Bahasa Arab, bahasa yang tertua itu memiliki banyak keistimewaan yang antara lain memotivasi manusia untuk meningkatkan daya intelektualitas keilmuan, mematangkan emosi dan bahasa yang mengingatkan sekaligus mengajak untuk senantiasa mencerdaskan hati dan pikiran dalam beragam ruang dan waktu.
Para ulama menyimpulkan, bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang memiliki karakter paling fasih dalam menjelaskan, menerangkan suatu. Kosa katanya paling banyak. Dan itu sangat membantu guna mengurai-jelaskan pemaparan untuk berbagai bidang disiplin ilmu dan berbagai bidang kehidupan. Yang demikian ini sekaligus juga mengabarkan bahwa bahasa Arab dari berbagai sisi adalah yang paling mampu menyimpan pesan-pesan Allah Swt dalam Al-Quran. Bahasa Arab di atas bahasa-bahasa lainnya.
Dengan pertimbangan bahasa Al-Quran adalah bahasa Arab, maka bagi umat Islam mesti menyadari betapa pentingnya keberadaan bahasa Arab untuk kita pelajari. Umar bin Khaththab mengingatkan: Pelajarilah bahasa Arab, karena bahasa ini bagian dari agama kalian.”
Penulis adalah Penulis Buku “Al-Quran Bertutur” (Tinta Medina grup Tiga Serangkai, 2019).