Dalam Islam, hidayah (هداية) adalah petunjuk atau bimbingan dari Allah SWT. Hidayah diberikan kepada manusia agar mengenal kebenaran, menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran-Nya, dan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Hanya Allah SWT yang dapat memberi hidayah.
إِنَّكَ لَا تَهْدِى مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهْدِى مَن يَشَآءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Qashash: 56).
Dalam Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI disebutkan, hidayah yang mengantar seseorang menerima dan melaksanakan tuntunan Allah bukanlah wewenang manusia, atau dalam batas kemampuannya, tetapi semata-mata wewenang dan hak prerogatif Allah. Bahkan Nabi Muhammad Saw pun tidak dapat memberi petunjuk dalam bentuk hidayah tawf’q yang menjadikan seseorang menerima dengan baik dan melaksanakan ajaran Allah.
Jenis-Jenis Hidayah
Syekh Musthafa Al-Maraghi dalam tafsir Al-Maraghi, menyebutkan bahwa hidayah Allah Swt kepada manusia ada empat macam, yakni hidayah ilham ( (هدايةالإلهام) hidayah
hawas (هدايةالحواس), hidayah akal (هدايةالعقل) serta hidayah agama dan syariat (هدايةالأديانوالشرائع).
1. Hidayah Ilham
Hidayah ilham adalah naluri. Dalam bahasa Inggris, naluri disebut instinct dan dalam bahasa Arab disebut gharizah (ِغَرِ يزَ ة). Di antara naluri yang dianugerahkan Allah kepada manusia adalah kertarikan kepada lain jenis dan harta sebagaimana disebutkan dalam QS Ali Imran: 14.
Naluri punya dua potensi fujur dan takwa. Naluri dapat menjerumuskan seseorang kepada kejahatan atau kehinaan bila salah menyalurkannya. Sebaliknya, naluri dapat mengangkat pribadi seseorang ke tingkat kehormatan dan kemuliaan, apabila nalurinya disalurkan ke jalan yang baik dan benar. Agar naluri tidak membawa kepada jalan yang sesat, maka Allah SWT memberikan perangkat lain kepada manusia.
2. Hidayah Hawas
Hidayah hawas adalah petunjuk berupa alat perasa, yakni pemberian Allah SWT berupa perangkat pada tubuh kita untuk mengindera berbagai macan rasa yang sering disebut pancaindra: mata, telinga, hidung, lidah dan kulit, sehingga kita bisa merasakan lezatnya makanan, segarnya udara, dan sebagainya.
Dengan pancaindera, manusia menjadi eksis, bisa melihat, mendengar, dan merasakan hal-hal yang baik dan hal-hal yang tidak mengenakkan. Sekiranya berbahaya akan dihindari dan jika merasa nyaman akan selalu dicari. Banyak hal nyaman tapi membahayakan dalam jangka panjang, misal makan dan minum yang berlebihan tanpa kontrol.
3. Hidayah Akal
Akal adalah perangkat pada manusia yang membedakannya dengan binatang. Dengan akal manusia dapat menundukkan dan mengalahkan makhluk lain yang lebih kuat dan besar. Dengan akal juga, manusia dapat mengatasi kesulitan-kesulitan hidup, menemukan berbagai teknologi yang mempermudah hidupnya, bahkan menguasai dunia dengan segala isinya untuk kesejahteraan umat manusia. Akal yang menjadikan manusia mahluk berbudaya.
Akal manusia tentu saja mengalami keterbatasan sehingga tidak bisa dipaksa untuk mencerna hal-hal yang di luar kemampuan akal. Misalnya tentang ruh manusia itu sendiri, sampai saat ini akal manusia belum mampu menjangkau tetang hakikat ruh. Agar manusia tidak sesat jalan dengan kemampuan akalnya yang terbatas, maka Allah SWT memberikan anugerah berupa hidayah agama dan syariat.
4. Hidayah Agama
Jenis hidayah yang keempat adalah hidayah agama dan syariat, yakni hidayah dari luar diri manusia berupa petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat. Petunjuk, perintah dan langaran itu diberikan oleh Allah Swt melalui para utasannya. Para utusan itulah yang menyampaikan, memberi contoh aplikasinya kepada umatnya.
Dengan tiga jenis hidayah sebelumnya manusia belum mampu mempertahankan eksistensinya sebagai mahluk yang paling sempurna karena akal manusia masih sangat terbatas kemampuanya, tidak bisa menjangkau diluar alam syahadah, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan: uluhiyat (ketuhanan), nubuat (kanabian), ruhiyat (ruh) dan sam’iyat ( berita langit: surga, neraka dll.) maka Allah menurunkan hidayah agama/syariat.
Dalam pandangan Syekh Musthafa Al-Maraghi, hidayah bukan semata-mata petunjuk dari Allah SWT yang bersumber wahyu atau ajaran agama, namun juga berupa perangkat yang melekat pada diri manusia berupa ilham, panca indra dan akal yang diharapkan dapat memandu manusia menempuh jalan yang lurus. Namun faktanya, dengan ketiga hidayah itu manusia masih berpotensi besar sesat jalan sehingga Allah melengkapi dengan hidayah agama/syariat dan hidayah terkhir ini jika diikuti pasti menuju jalan yang lurus/benar. (Sumber)
Cara Memperoleh Hidayah
Bagaimana cara mendapatkan hidayah?
1. Berdoa
Hidayah adalah milik Allah, sehingga seorang Muslim dianjurkan untuk selalu memohon hidayah dalam doanya, seperti dalam surat Al-Fatihah: “Tunjukilah kami jalan yang lurus.” (QS. Al-Fatihah: 6)
2. Mempelajari Al-Qur’an dan Sunnah
Dengan memahami wahyu Allah dan teladan Rasulullah, seseorang dapat mengenal kebenaran.
3. Bersungguh-sungguh mencari kebenaran
Allah SWT berjanji akan memberikan petunjuk kepada orang-orang yang berusaha mencari-Nya.
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS. Al-Ankabut: 69)
4. Menjauhi maksiat
Maksiat dapat menghalangi seseorang dari menerima hidayah. Hati yang bersih lebih mudah menerima kebenaran.
Hidayah adalah nikmat yang harus disyukuri dan dijaga. Seorang muslim dianjurkan untuk terus berusaha memperbaiki diri agar tetap berada di jalan yang diridhai Allah.
Demikian ulasan ringkas tentang pengertian hidayah dan jenis-jenisnya. Wallahu a’lam bish-shawabi.
Video: Khotbah Jumat Cara Mendapatkan Hidayah