Di Masjid Raya Al Jabbar sering terlihat beberapa kelompok shalat berjamaah, khususnya usai shalat berjamaah utama bersama imam rawatib (imam tetap yang mengimami salat berjamaah di masjid). Bahkan, sering terjadi, usai adzan, sekelompok orang mendirikan shalat berjamaah lebih awal dengan alasan sholat jama’ dan qashar.
Bagaimana hukumnya ada beberapa kelompok sholat berjamaah dalam satu masjid? Bukankah ada larangan “jangan ada dua imam dalam satu masjid”? Berikut ini penjelasannya yang dirangkum dari berbagai sumber.
Makruh
Syekh Wahbah Az-Zuhayli dalam kitabnya Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu menjelaskan:
ويكره تعدد الجماعات في وقت واحد، لما فيه من التشويش
“Dimakruhkan mendirikan beberapa shalat berjama’ah dalam satu waktu (satu masjid) karena dapat menganggu (jamaah lain).”
Pelaksanaan dua atau lebih shalat berjamaah dalam satu masjid hukumnya makruh menurut Syekh Wahbah. Dihukumi makruh karena dapat menganggu jamaah shalat lainnya, apalagi jika bacaan Al-Qur’annya dikeraskan (Maghrib, Isya, Subuh).
Dengan demikian, alangkah baiknya dalam satu masjid tidak terdapat dua shalat jama’ah. Bagi orang yang ingin shalat di masjid yang sama, seyogianya tidak membuat jamaah baru tapi mengikuti shalat jamaah yang sedang atau akan berlangsung.
Jika tetap bersikukuh membuat jamaah baru, lebih baik dilakukan di luar masjid atau menunggu jamaah lain selesai melaksanakan shalat.
Tidak Boleh
Dalam Tafsir Al-Qurtubi, Imam Qurtubi menyebutkan, “Tidak diperbolehkan membuat dua jamaah shalat dalam satu masjid dengan dua imam. Ini menyalahi seluruh pendapat para ulama.”
Seluruh ulama sepakat akan keharaman membuat dua shalat berjamaah dalam satu masjid. Imam Malik secara tegas mengatakan, “Tidak boleh ditegakkan dua shalat berjamaah dalam satu masjid.”
Sholat Berjamaah Jama’ Qashar
Sebaiknya, jamaah yang akan shoalat jama’ dan qashar, mengikuti shalat berjamaah yang berlangsung untuk sholat yang pertama. Musafir boleh bermakmum kepada yang muqim. Dalilnya:
عَن ابن عَبَّاس أَنَّهُ قِيلَ لَه: مَا بَالُ المُسَافِرِ يُصَلّى رَكعَتَينِ فِى حَالِ الاِنفِرَاد, وَ أَربَعًا اِذَا أَتَمَّ ؟ فَقٌالَ : تِلكَ السُّنَّةُ
Dari Ibn Abbas ra, dia ditanya: Mengapa seorang musafir shalat dua rakaat (qashar) ketika ia shalat sendirian dan 4 raka’at apabila ia menyempurnakan (bermakmum kepada muqim) ? Ia menjawab : Yang demikian itu sesuai dengan sunnah”. (HR. Ahmad)
Demikian juga ada salah satu riwayat Nafi’ ra bahwa Ibnu Umar r.a. shalat ketika beliau bermakmum dengan 4 rakaat dan beliau shalat 2 raka’at (qashar) jika shalat sendirian. (HR. Muslim).
Demikian hukum beberapa shalat berjamaah dalam satu masjid. Wallahu a’lam bish-shawabi.