Dalam Kitab Mukasyafah Al-Qulub Imam Al-Ghazali menjelaskan tentang dialog Allah SWT dengan Nabi Musa as. Diriwayatkan, Nabi Musa bertanya kepada Allah tentang amalan yang paling disukai-Nya.
“Wahai Allah, aku sudah melaksanakan ibadah yang engkau perintahkan. Manakah di antara ibadahku yang engkau senangi, apakah shalatku?” tanya Nabi Musa.
Allah SWT kemudian menjawab, “Shalatmu itu hanya untukmu sendiri. Karena shalat membuat engkau terpelihara dari perbuatan keji dan munkar”.
Nabi Musa AS bertanya lagi, “Apakah dzikirku?”
Allah SWT menjawab, “Dzikirmu itu untuk dirimu sendiri. Karena dzikir membuat hatimu menjadi tenang”.
Nabi Musa bertanya lagi, “Apakah puasaku?”
Allah SWT menjawab, “Puasamu itu hanya untukmu saja. Karena puasa melatih diri dan mengekang hawa nafsumu”.
“Lalu ibadah apa yang membuat Engkau senang ya Allah?” tanya Nabi Musa.
Allah SWT menjawab, “Sedekah. Tatkala engkau membahagiakan orang yang sedang kesusahan dengan sedekah, sesungguhnya aku berada di sampingnya”.
Ibnu Hajar Al-Asqolani dalam Nashoihul ‘Ibad menjelaskan bahwa amal yang paling utama adalah “idkhol al-surur ‘ala qolbi al-mu’min” (memasukan kebahagiaan kepada hati seorang mukmin atau menyenangkan hati orang beriman), misalnya dengan cara menghilangkan kelaparan, kesusahan dan atau melunasi utang-utangnya.
Sebaliknya, perbuatan yang paling keji dan kotor adalah menyekutukan Allah dan mendatangkan mudhorot atau keburukan kepada kaum muslim.