Allah SWT Sangat Mencintai Nabi Muhammad dan Umatnya

Khatib Jumat Wildan TaufiqAllah SWT sangat mencintai Nabi Muhammad Saw dan umatnya. Sebagai bagian dari umat Nabi Muhammad ﷺ, kita wajib mensyukuri besarnya cinta dan kasih sayang Allah SWT tersebut.

Hal itu disampaikan oleh khatib Jumat KH. Wildan Taufiq, M.Ag dari Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat dalam khotbah Jumat di Masjid Raya Al Jabbar,  Jumat (7/11/2025). Khatib membuka khutbah dengan seruan takwa dan rasa syukur atas nikmat Allah SWT.

Kiai Wildan menegaskan, salah satu nikmat besar yang patut disyukuri adalah ketika Allah SWT menjadikan kita sebagai bagian dari umat Nabi Muhammad ﷺ. Ia lalu mengutip riwayat bahwa Nabi Musa a.s. pernah berharap dapat menjadi bagian dari umat Nabi Muhammad Saw karena besarnya keistimewaan yang Allah anugerahkan kepada umat akhir zaman ini.

“Dalam kitab Khāṣā’iṣul Ummah al-Muḥammadiyyah dijelaskan, ada lebih dari seratus keistimewaan yang diberikan kepada umat Nabi Muhammad yang tidak diberikan kepada umat-umat sebelumnya,” tutur Kiai Wildan.

Ia menjelaskan, salah satu bentuk keistimewaan itu adalah ringannya syariat yang Allah tetapkan bagi umat ini. Jika pada masa Bani Israil seseorang harus memotong pakaian yang terkena najis, maka umat Islam sekarang cukup membasuhnya dengan air.

Dalam urusan keluarga pun demikian. Bila kaum terdahulu dilarang berinteraksi sama sekali dengan istri yang sedang haid, Islam justru membolehkan kedekatan emosional dan kebersamaan, selama tidak melakukan hubungan suami istri.

“Ini menunjukkan bahwa Allah memuliakan kita dengan syariat yang penuh kasih sayang. Islam bukan agama yang menyulitkan, tapi agama yang menuntun dengan kelembutan,” jelasnya.

Bagian paling menyentuh dari khotbah tersebut adalah saat khatib membahas tentang ampunan dosa dan kemudahan tobat bagi umat Nabi Muhammad ﷺ. Menurut Kiai Wildan, pada umat-umat terdahulu, dosa seseorang seringkali diumumkan secara terbuka, bahkan dituliskan di depan rumahnya agar semua orang tahu. Sebaliknya, Allah menutup dosa umat Nabi Muhammad dan memberi kesempatan luas untuk bertaubat.

“Orang Bani Israil jika ingin bertaubat diperintah untuk membunuh dirinya sendiri. Tapi umat Nabi Muhammad cukup membaca istighfar dengan sungguh-sungguh,” ujarnya seraya mengutip firman Allah SWT QS Az-Zumar ayat 53:

“Katakanlah, wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Dalam riwayat hadits qudsi, lanjut Kiai Wildan, Allah SWT begitu bahagia ketika seorang hamba kembali kepada-Nya dengan tobat yang tulus.

“Kebahagiaan Allah itu bahkan lebih besar daripada seorang ibu yang menemukan anak balitanya yang hilang,” katanya.

Khatib juga mengingatkan pentingnya memperbanyak istighfar, bukan sekadar sebagai lafaz di bibir, tapi zikir yang melahirkan kesadaran spiritual. Berdasarkan sabda Nabi Saw, siapa pun yang membaca Astaghfirullāhal ‘Aẓīm tiga kali menjelang tidur, Allah akan mengampuni dosanya, walaupun sebanyak buih di lautan.

“Istighfar itu bukan hanya penghapus dosa. Ia juga menjadi wasilah datangnya ketenangan, solusi bagi kesulitan, dan pintu terbukanya rezeki,” tegasnya seraya mengutip firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Nuh ayat 10–12, ‘Fa qultu-staghfirū rabbakum innahu kāna ghaffārā, yursili- s-samā’a ‘alaikum midrārā, wa yumdidkum bi amwālin wa banīn…’

Di akhir khotbah, Kiai Wildan menyampaikan tiga pesan utama kepada jamaah. Pertama, memperbanyak shalawat sebagai bentuk syukur kepada Nabi Muhammad ﷺ yang menjadi wasilah turunnya rahmat Allah. Kedua, menjaga akhlak dengan meneladani sifat Allah yang menutup aib hamba-Nya dan tidak mengumbar dosa sesama. Ketiga, memperbanyak istighfar sebagai zikir yang menyucikan jiwa dan membuka jalan rezeki.

Ia juga memberikan penegasan penting: jangan pernah menganggap ringan dosa kepada sesama manusia (haqqul adamī).

“Hak Allah mudah diselesaikan karena Allah Maha Pengampun. Tapi hak antar manusia akan dipersulit penyelesaiannya di akhirat,” tegasnya. (Izudin Al-Mukhtar/KPI UMB)

Posted in Berita, Khotbah Jumat and tagged , .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *