Memesrai Kematian

Allah Yang Menghidupkan dan Mematikan Tidak Ada Sekutu Bagi-Nya

Ketika ia (Ibrahim) berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Apakah yang kamu sembah?” Mereka menjawab: “Kami menyembah berhala-berhala dan Kami Senantiasa tekun menyembahnya”. Berkata Ibrahim: “Apakah berhala-berhala itu mendengar (doa)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya)?, atau (dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat?”. Mereka menjawab: “(Bukan karena itu) sebenarnya Kami mendapati nenek moyang Kami berbuat demikian”. Ibrahim berkata: “Maka Apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah, kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu?, karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam,(Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan aku (Ibrahim), Maka Dialah yang menunjuki aku, dan Tuhanku, yang Dia memberi Makan dan minum kepada-ku,dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku, (QS. Asy-Syu’ara [26]: 70-80). 

وَالَّذِي يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ

dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), QS. Asy-Syu’ara [26]: 81 

Demikian pelajaran besar dari Bapak Tauhid Nabi Ibrahim as yang mengajarkan kepada kaumnya bahwa tidak patut menyembah sesuatu yang mereka ciptakan sendiri. Ibrahim juga sekaligus mengajarkan sesuatu yang datang dari nenek moyang kalau itu salah maka jangan diikuti. Yang jadi sumber bahan rujukan hidup bukan siapa pun termasuk orang tua dan nenek moyang. Tetapi kebenaran itu adalah yang disampaikan oleh Allah Swt.

Ibrahim memberikan pelajaran kepada umat manusia agar hanya menyembah llah Yang Maha Menghidupkan dan Mematikan. Nabi Muhammad Saw diperintahkan oleh Allah Swt untuk mendakwahkan apa yang dulu didakwahkan Nabi Ibrahim kepada umat manusia.

Semangat yang sama juga antara lain dapat kita simak melalui firman Allah berikut, agar jangan sampai terseret ke perilaku syirik.

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ۖ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَفْعَلُ مِنْ ذَٰلِكُمْ مِنْ شَيْءٍ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (QS. Ar-Rum [30]: 40).

Tidak mungkin Allah Swt menciptakan sesuatu tanpa perhitungan. Umpamanya, Allah Swt menciptakan perut, mustahil Allah tidak menyediakan sesuatu untuk mengisi perut. Pastai Allah sudah sediakan.

Rezeki sudah Allah sediakan, tinggal ikhtiar dan doa guna memperolehnya. Ini prinsip dasar yang harus kita miliki. Maha Suci Allah Yang Menghidupkan dan Mematikan, lalu menghidupkan kembali. Allah Swt Yang menciptakan semua sebab dan menciptakan akibat. Tidak ada Tuhan selain Allah. Allah tidak butuh dan tidak  membutuhkan sesuatu dari makhluk-makhluk-Nya. Tidak ada sesuatupun yang menerupai-Nya dalam segala situasi serta kondisi. Semua dalam genggaman-Nya.

Jangan sampai karena urusan rezeki dalam bentuk materi kemudian kita menyekutukan Allah dengan cara apa yang kita sebut pesugihan. Pesugihan itu semacam kerja sama dengan dukun dan setan dari golongan jin dengan menggadaikan keimanan. Setan dari golongan manusia (dukun) dan jin bekerja sama untuk mencuri uang orang lain yang sering kita sebut dengan meminta bantuan jin tuyul.

Dukun dan jin memberikan persyaratan khusus kepada yang meminta tolong, seperti tidak boleh menyebut nama Allah. Di dalamnya tidak boleh bersyahadat (atau membatalkan syahadat), shalat, zakat, puasa, haji, membaca Al-Quran dan semacamnya. Artinya, ini perbuatan musyrik menyekutukan Allah. Cara pengecut dan pastinya tidak halal.

Orang yang berhenti shalat atau tidak mau mendirikan shalat dan syariat Islam lainnya hanya karena belum atau tidak kaya, berarti yang disembah bukan Allah. Tetapi menyembah harta-benda.

Kalau menyembah Allah, saat miskin, saat dicekam ketakutan, saat dalam kesulitan yang luar biasa termasuk dalam hal eknomi, maka yang dijadikan tempat memohon pertongan adalah Allah Swt.

Memohon pertolongan kepada Allah dalam kata turunannya seperti hanya mau mencari nafkah yang halal saja. Tidak akan mau dan tergoda  mencari rezeki yang haram. Jujur dan ikhlas dalam bekerja.  Dan sesorang yang menyadari bahwa rezeki yang diperoleh nya dari Allah Swt, tumbuh kesadaran dalam tindakannya bahwa rezeki itu harus dikeluarkan di jalan Allah Awt. Tidak lupa berzakat, infaq dan sedekah.

Seseorang yang mendapat rezei dilandasi keimanan, yakin bahwa semua karunia itu tidak lain karena Allah Swt mengizinkan ia memperoleh harta. Dirinya hanya menjalankan proses ikhtiar dan doa. Sedangkan hakikatnya itu semua dari Allah Swt yang telah berkenan menganugerahkan harta benda.

Miskin-kaya, sulit-mudah, terkenal-terasing, dipuji-dicela sepanjang kita bersama Allah, maka hati akan tetap tenang-tenntram. Yang penting bersama Allah.

حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ سَلَّامٍ أَبِي شُرَحْبِيلَ، عَنْ حَبَّة وَسَوَاءٍ ابْنِي خَالِدٍ قَالَا دَخْلَنَا عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُصْلِحُ شَيْئًا فأعَنَّاه، فَقَالَ: “لَا تَيْأَسَا مِنَ الرزق ما تَهَزّزَتْ رؤوسكما؛ فَإِنَّ الْإِنْسَانَ تَلِدُهُ أُمُّهُ أَحْمَرَ لَيْسَ عَلَيْهِ قِشْرَةٌ، ثُمَّ يَرْزُقُهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ”

Telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, dari Salam ibnu Syurahbil, dari Habbah dan Sawa (keduanya anak Khalid). Mereka berdua mengatakan, “Kami masuk ke dalam rumah Nabi Saw. yang saat itu sedang membetulkan sesuatu, lalu kami membantunya. Maka beliau Saw. bersabda:  “Janganlah kamu berputus asa dari mendapat rezeki selama kepalamu masih bisa bergoyang, karena sesungguhnya manusia itu dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan berkulit merah tidak berlapiskan sesuatu apa pun, kemudian Allah Swt. memberinya rezeki’.” (HR. Ahmad).

Tidak ada cerita putus asa dalam mencari karunia Allah Swt. Sepanjang masih diberi waktu, selama itu pula kita masih diberi kesempatan untuk mencari nafkah. Muslim sejati pantang mengeluh dengan capaian hasil akhir. Yang paling berharga dalam pandangan Allah Swt adalah niat dan ikhtiar yang lurus dan benar mengharap ridha Allah Swt.

Posted in Kajian, Opini and tagged , , , .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *