6 Perkara Penyebab Rusaknya Nilai Amal Ibadah

Khotbah Jumat Efendi Rahmat Al Jabbar Perusak IbadahAda enam perkara yang dapat merusaknya nilai amal ibadah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ad-Dailami dari Ahi bin Hatim dalam kitab Mukhtaru Ahadits ‘An-Nabawiyyah yang ditulis oleh Al-Mahrum As-Sayyid Ahmad Al-Hasyim, Rasulullah Saw bersabda:

سِتَّةُ أَشْيَاءَ تُحْبِطُ الأَعْمَالَ: الاشْتِغَالُ بِعُيُوبِ الخَلْقِ وَقَسْوَةُ الْقَلْبِ وَحُبُّ الدُّنْيَا وَقِلَّةُ الحَيَاءِ وَطُولُ الأمل وظالم لا ينتهي

“Enam perkara yang dapat menghapus ganjaran perbuatan baik: sibuk dengan aib-aib orang lain, keras hati, cinta dunia, sedikit rasa malu, panjang angan-angan, dan kezaliman yang tidak berhenti.”

6 Perkara Penyebab Rusaknya Nilai Amal Ibadah

1. Terlalu Fokus pada Kekurangan Orang Lain (Ghibah dan Menghakimi)

Ini merujuk pada kebiasaan menyibukkan diri mengamati kekurangan dan keburukan orang lain (al istighlal bi’uyubil kholqi), yang berakibat fatal karena membuat diri sendiri abai dan lupa terhadap aib sendiri. Ibarat perumpamaan melihat kesalahan kecil orang lain dari jauh, namun tidak menyadari kesalahan besar diri sendiri yang sudah di depan mata.

2. Hati yang Membatu (Sulit Menerima Kebenaran)

Kondisi ini dikenal sebagai kekerasan hati (qaswatul qulub). Sifat ini menjadikan hati sulit ditembus oleh nasihat, petunjuk, atau teguran. Kekerasannya bahkan seringkali melebihi kerasnya batu karang, membuatnya resisten terhadap segala bentuk ajakan kebaikan.

3. Mencintai Dunia secara Berlebihan (Materialisme)

Yaitu terlalu terpaut pada kehidupan duniawi (hubbud-dunya). Individu yang dikuasai sifat ini menjalani hidup seolah-olah tidak ada kehidupan setelah kematian (akhirat). Semua usaha dan kegiatannya hanya diarahkan untuk meraih kenikmatan, kesenangan, dan pencapaian materi di dunia, melupakan persiapan untuk hari esok yang abadi.

4. Hilangnya Rasa Malu (Keberanian Berbuat Dosa)

Penyebab lain rusaknya nilai ibadah adalah minimnya rasa sungkan atau malu (qillatul haya’). Ketika seseorang kehilangan benteng spiritual berupa rasa malu, ia akan menjadi berani dan bebas melakukan segala hal, termasuk perbuatan dosa, tanpa adanya kekhawatiran atau rasa takut akan konsekuensinya.

5. Terlena dalam Angan-angan Panjang (Menunda Taubat)

Ini adalah kondisi memiliki harapan hidup yang terlalu panjang (thulul amal). Keyakinan bahwa waktu hidup di dunia masih sangat lama membuat seseorang menunda-nunda pertobatan dan enggan untuk segera kembali kepada ketaatan, karena merasa masih banyak waktu di masa depan.

6. Kezaliman yang Berkelanjutan (Kecanduan Dosa)

Sifat ini mengacu pada perilaku maksiat yang tidak kunjung usai (Dzhulmun la yantahi). Keburukan dan dosa memiliki sifat adiktif. Jika pelakunya tidak segera bertaubat dan menghentikan perbuatannya, maksiat tersebut akan menjadi kebiasaan yang sulit dilepaskan, menjerumuskannya dalam siklus kezaliman yang terus-menerus.

Semoga kita semua diberikan perlindungan dari enam jebakan ini, sehingga senantiasa istiqamah dalam ketakwaan. Wallahu A’lam Bish-shawab.

— Disarikan dari khotbah Jumat KH. Efendi Rahmat, M.Ag dari Kementerian Agama Jawa Barat di Masjid Raya Al Jabbar, Jumat (14/11/2025), oleh Ibnu Arif (KPI UIN Bandung).

Video Khotbah Jumat 6 Perusak Amal Ibadah

 

Posted in Ibadah, Khotbah Jumat and tagged , , .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *