Akan Ada Adegan Saling Berbantahan Dihadapan Allah Swt
Sebuah pemandangan yang mengerikan Allah kabarkan nanti akan terjadi di hari kiamat. Peristiwa yang dimaksud yaitu manusia saling berbantah-bantahan antara satu dengan yang lainnya.
ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عِنْدَ رَبِّكُمْ تَخْتَصِمُونَ
Kemudian sesungguhnya kamu pada hari kiamat akan berbantah-bantah di hadapan Tuhanmu (QS. Az-Zumar [39]: 31).
Ketika mendengar QS. Az-Zumar [39]: 31, sahabat Zubair ra menanyakan perihal yang terkait dengan “berbantah-bantah di hadapan Tuhanmu”. Zubair bertanya: “Ya Rasulullah, apakah perdebatan-perdebatan (yang ada di dunia ini) akan terulang lagi nanti di akhirat?” Rasulullah Saw menjawab: “Ya.” Dan Zubair berkata, “Kalau begitu, perkaranya sangatlah keras.”
Amat banyak persoalan-persoalan yang dihadapi umat manusia, antara seseorang dengan yang lainnya, antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Perdebatan di dunia sering kali kita rasakan atau kita saksikan dalam pergaulan sehari-hari.
Saling membantah satu sama lain betapa tak terhindarkan saat menjalani hidup yang singkat ini. Semua pihak merasa paling benar. Berbantah-bantahan terjadi mulai satu lawan satu lewat adu mulut, aksi saling bantah-membantah juga terjadi di media sosial dan tidak jarang berujung ke pengadilan.
Tidak sedikit yang merasa benar secara hukum dan memangnya begitu, tetapi justru di depan meja hukum menjadi pihak yang dipersalahkan. Umpamanya kalah di pengadilan karena kurang atau tidak ada bukti, sebab sumpah palsu dan perkara yang semacam ini. Tidak sedikit yang hidupnya merasa difitnah oleh fulan dan fulanah. Tidak jarang ada si X yang harta benda miliknya diambil oleh si Y. Si X tak berdaya menuntut keadilan untuk mengembalikan harta benda miliknya.
Kiranya kita sepakat, adu mulut berbantahan kerapkali terjadi disebabkan apa yang diistilahkan oleh orang tua kita dulu dengan sesuatu yang merujuk dan bertumpu pada tiga ta: harta, tahta dan wanita.
Disebabkan harta, tahta dan wanita ucapan yang masuk katagori dzalim dikatakan dengan penuh kesadaran dan dilakukan berulang-ulang. Disebabkan persoalan tahta, tindakan manusia saling mendzalimi. Disebabkan perebutan wanita (atau bisa juga perebutan laki-laki) saling melancarkan fitnah. Saling bunuh sedemikian sering terjadi sebab tiga ta ini.
Aksi saling menuntut akan berlanjut nanti di kehidupan akhirat. Pengadilan di akhirat adalah pengadilan yang pasti asti adil. Yang salah adalah salah. Yang benar adalah benar. Tidak ada yang bisa memanipulasi kasus baik yang terkait pidana maupun perdata.
Kita simak dialog antara Nabi Muhammad Saw dan para sahabat tentang orang yang muflis atau bangkrut di akhirat.
أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا : الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لا دِرْهَمَ لَهُ وَلا مَتَاعَ ، فَقَالَ : إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
“Tahukah kalian siapa orang yang pailit (bangkrut)?” Para sahabatNabi Saw menjawab: “Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta.” Nabi Saw berkata: “Sesungguhnya orang yang bangkrut menimpa umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa (pahala) shalat, puasa, dan zakat. Tetapi dia datang (dengan membawa dosa) telah mencaci si ini, menuduh si ini, memakan harta si ini, menumpahkan darah si ini, dan memukul si itu; maka si ini (orang yang terzhalimi) akan diberikan (pahala) kebaikannya si ini (pelaku kezhaliman), dan si ini (orang yang terzhalimi lainnya) akan diberikan kebaikannya si ini (pelaku kezhaliman). Jika kebaikannya telah habis sebelum dituntaskan dosanya, maka (dosa) kesalahan mereka diambil lalu dilemparkan kepadanya kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim).
Tidak ada seorang pun yang lolos dari pengadilan Allah. Tidak ada seorangpun yang aduannya di akhirat tidak ditanggapi Allah. Semua aduan diatanggapi oleh Allah Swt. Tidak ada yang terlewati satu orangpun.
Diantara adegan tuntutan yang merasa didzalimi kepada yang mendzaliminya, antara lain terekam dalam keterangan hadis berikut yang penulis ambil dari Tafsir Ibnu Katsir sebagai penguat atau bagian penjelasan QS. Az-Zumar [39]: 31.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا سَهْلُ بْنُ بَحْرٍ، حَدَّثَنَا حَيَّانُ بْنُ أَغْلَبَ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَنَسٍ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “يُجَاءُ بِالْإِمَامِ الْخَائِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَتُخَاصِمُهُ الرَّعِيَّةُ فَيَفْلُجُونَ عَلَيْهِ، فَيُقَالُ لَهُ: سُدَّ رُكْنًا مِنْ أَرْكَانِ جَهَنَّمَ”.
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sahi ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Hayyan ibnu Aglab, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Sabit, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda:
Didatangkan seorang pemimpin yang melampaui batas lagi curang di hari kiamat nanti, lalu rakyatnya mengadukan perkaranya (kehadapan Allah), dan akhirnya mereka menang atasnya. Lalu dikatakan kepada pemimpin itu, “Ambillah salah satu tempat di antara tempat-tempat yang ada di neraka Jahanam!”
Keselamatan yang sejati yakni selamat dalam penilaian Allah Swt. Selamat dari siksa adzab kubur, adzab neraka dan dari murka Allah Swt.
Buat apa selamat di dunia, kalau dalam waktu yang bersamaan harus menghancurkan kehidupan saudaranya, saudara sedarah, saudara sebangsa setanah air dan saudara sesama manusia. Buat apa?
Itu semua semu dan palsu. Dengan harta, kekuasaan dan pengaruh sosial di dunia, seseorang atau suatu kelompok bisa saja membeli hukum. Yang salah bisa dibenarkan. Yang benar bisa disalahkan. Di akhirat, di depan Pengadilan Allah Swt, yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Yang dzalim akan dituntut atas tindakan kedzalimannya oleh ia atau mereka yang didzalimi.
Maka, Ikutilah Ajaran Muhammad Saw
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk” (QS. Al-A’araf [7]: 158).
Allah Swt Pemilik langit dan bumi, Yang Maha Menghidupkan dan Mematikan melaui firman-Nya QS. Al-A’araf [7]: 158, telah berkenan mengangkan Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththallib sebagai Nabi dan Rasul terakhir dan dibekali pula dengan Kitab-Nya yang terakhir yakni Al-Quran.
Mustahil beriman kepada Allah Swt tanpa mengimani Muhammad sebagai Nabi dan Rasul terakhir. Tidak mungkin mengimani Muhammad sebagai Nabi dan Rasul terakhir tanpa mengimani Allah Swt.
Berarti, Allah Swt Yang Maha Menghidupkan dan Mematikan menginformasikan kepada seluruh umat manusia agar hidup dan mati dalam keadaan bahagia, panduannya adalah Al-Quran dan perilaku Nabi Muhammad Saw (hadis Nabi Saw).
Tanpa Al-Quran dan hadis Nabi Saw, hidup di dunia tidak akan memperoleh ridha-Nya dan nanti di akhirat dalam kemurkaan-Nya. Tanpa Allah dan rasul-Nya hidup dalam ketidakmenentuan nilai.
Dulu, KH. Zainuddin MZ memberikan ilustrasi pada penciptaan sebuah mobil. Pembuat merek mobil tertentu tahu persis bagaimana tata cara mengoprasikan mobil tertentu itu. Si pembuat mobil lalu bikin buku panduan mengenai apa dan bagaimana A-Z tentang mobil tertentu itu. Kesimpulannya, sesuatu yang terkait dengan pengoprasian mobil itu harus mengikuti panduan si pembuat mobil.
Allah mengutus Nabi Muhammad untuk rahmatan lil’alamiin (rahmat bagi seluruh alam semesta). Nabi Muhammad tidak hanya diutus untuk kaumnya, Quraisy. Tetapi anugerah Allah untuk seluruh dunia. Tanpa kecuali, untuk umat manusia di belahan dunia manapun dengan corak serta warna kulit apapun.
Hal demikian, berbeda dengan para nabi sebelumnya yang hanya diutus untuk kaumnya. Dalam bahasa modern kita sebut dengan nabi untuk skala lokal taupun nasional.
Diantara penguat bahwa nabi sebelum Muhammad untuk kaumnya antara lain dapat kita baca keterangan berikut.
وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا ۗ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۚ أَفَلَا تَتَّقُونَ
Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Ad saudara mereka, Hud. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” (QS. Al-A’araf [7]: 65).
وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا ۚ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ ۚ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)” (QS. Hud [11]: 61).
وَإِلَىٰ مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا ۚ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ وَلَا تَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ ۚ إِنِّي أَرَاكُمْ بِخَيْرٍ وَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ مُحِيطٍ
Dan kepada (penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)” (QS. Hud [11]: 84).
Tiga ayat di atas menunjukkan bahwa sebelum Muhammad nabi dan rasul yang diperuntukkan untuk kaumnya. Nabi Hud untuk Kaum ‘Ad. Nabi Saleh as untuk Kaum Tsamud dan Nabi Syuaib as untuk Kaum Madyan.
Berbeda dengan Muhammad sebagai penutup para nabi dan rasul terdahulu adalah untuk seluruh alam (rahmatan lil’alamin).
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَٰكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (QS. Al-Ahzab [33]: 40).
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (QS. Al-Anbiya : [21]: 107).
Beriringan dengan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul terakhir yang Allah berlakukan untuk seluruh masyarakat dunia, tanpa kecuali sejak beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul, maka Al-Quran pun berlaku untuk masyarakat internasional. Al-Quran untuk warga dunia hingga nanti datangnya hari kiamat.
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya (QS. Ali Imran [3]: 2).
نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنْزَلَ التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ
Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil (QS. Ali Imran [3]: 3).
مِنْ قَبْلُ هُدًى لِلنَّاسِ وَأَنْزَلَ الْفُرْقَانَ ۗ إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ
Sebelum (Al Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa) (QS. Ali Imran [3]: 4).
Sudah skenario Allah Swt menjadikan Muhammad bin Abdullah bin Abdullah bin Abdul Muththallib sebagai Nabi dan Rasul terakhir. Silakan skenario Allah ini ditinjau dari berbagai aspek politik, sosial, budaya dan lain sebagainya. Muhammad Saw yang Allah jadikan penutup dari masa kenabian dan Allah berikan mukjizat Al-Quran diberikan sejumlah keutamaan yang belum atau tidak diberikan kepada para nabi dan rasul sebelum Muhammad Saw.
وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُسْلِمٍ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ أَبِي زِيَادٍ، عَنْ مِقْسَمٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ نَبِيٌّ قَبْلِي -وَلَا أَقُولُهُ فَخْرًا: بُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ كَافَّةً: الْأَحْمَرِ وَالْأَسْوَدِ، وَنُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ، وَأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ وَلَمْ تَحِلَّ لِأَحَدٍ قَبْلِي، وَجُعِلَتْ لِيَ الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا، وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ فَأَخَّرْتُهَا لِأُمَّتِي، فَهِيَ لِمَنْ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdus Samad, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Abu Ziyad, dari Miqsam, dari Ibnu Abbas secara marfu’, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Aku dianugerahi lima perkara yang belum pernah diberikan kepada seorang nabi pun sebelumku, aku katakan hal ini bukan membanggakan diri. Aku diutus untuk semua umat manusia, baik yang berkulit merah maupun yang berkulit hitam; aku diberi pertolongan melalui rasa gentar (yang mencekam hati musuh) sejauh perjalanan satu bulan; dan dihalalkan semua ganimah bagiku, padahal ganimah tidak dihalalkan bagi seorang pun sebelumku; dan bumi ini dijadikan bagiku sebagai masjid dan sarana bersuci; dan aku diberi izin memberikan syafaat, maka sengaja saya tangguhkan buat umatku di hari kiamat nanti. Syafaatku akan diperoleh oleh orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun.
Memilih beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta yang disampaikan Muhammad sangat terkait dengan kehidupan dunia dan nasib manusia di akhirat. Keteraturan dalam menjalani aktivitas-rutinitas keseharian lebih tertata, teratur dan membahagiakan. Kelak manusia yang mengikuti ajaran Muhammad akan bahagia di surga. Sebaliknya, yang memilih untuk mengingkari atau menentang ajaran yang disampaikan Muhammad akan dimintai pertanggungjawabannya.