Allah Yang Menghidupkan Allah Yang Mematikan
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَمْ يَعْيَ بِخَلْقِهِنَّ بِقَادِرٍ عَلَىٰ أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَىٰ ۚ بَلَىٰ إِنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya (bahkan) sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS. Al-Ahqaf [46]: 33).
وَإِنَّا لَنَحْنُ نُحْيِي وَنُمِيتُ وَنَحْنُ الْوَارِثُونَ
Dan sesungguhnya benar-benar Kami-lah yang menghidupkan dan mematikan dan Kami (pulalah) yang mewarisi (QS. Al-Hijr [15]: 23).
Allah Yang Menghidupkan dan Mematikan dan Allah pula Yang Mewarisi. Memaknai Yang Mewarisi, Abdul Karim Al-Qusyairi seperti termuat dalam At Tahbir Fit Tadzkir dengan pengertian Yang Tetap Ada setelah segala makhluk tiada.
Maha Suci Allah Yang Maha Hidup dan Menghidupkan. Maha Suci Allah yang tidak pernah mati dan mematikan sesuatu yang bernyawa sesuai kehendak-Nya. Maha Suci Allah Yang meniadakan sesuatu setelah diadakannya sesuatu. Maha Suci Allah Yang mengadakan sesuatu setelah meniadakannya.
Maha Suci Allah Yang telah menciptakan sesuatu dengan ataupun tanpa perantara. Al-Khaliq, Allah Swt Yang Maha Menciptakan sesuatu atas kudrat (kuasa) dan iradah (kehendak)-Nya, telah mengisahkan proses penciptaan manusia, anak-anak Adam as atau kita semua keturunan Adam.
Dari Saripati Tanah kembali ke Tanah
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk (QS. Al-Hijr [15]: 26).
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا ۚ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّىٰ مِنْ قَبْلُ ۖ وَلِتَبْلُغُوا أَجَلًا مُسَمًّى وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Dialah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya) (QS. Al-Mu’min [40]: 67).
هُوَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ ۖ فَإِذَا قَضَىٰ أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Dialah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya bekata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia (QS. Al-Mu’min [40]: 68).
Sangat mudah bagi Allah unuk menciptakan Adam tanpa proses seorang ibu dan bapak. Sangat mudah bagi Allah menciptakan Isa as tanpa melalui perantara seorah ayah. Justru mustahil bagi Allah jika tidak mampu menciptakan apa pun saja yang Ia kehndaki.
Pada asal dan awalnya, manusia pertama atau bapaknya umat manusia, yakni Adam as diciptakan dari tanah. Kemudian Allah Swt menciptakan Hawa.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah (QS. Al-Mu’minun [23]: 12).
Tentang proses penciptaan Hawa memang ada pendapat yang berbeda. Ada ulama yang berpendapat dari tulang rusuk Adam dan ada pula yang berpendapat dari sejenis saripati tanah yang sama sebagaimana Adam as diciptakan.
Yang pasti, Allah Swt menciptakan Adam as sebagai laki-laki pertama di dunia, berikutnya manusia yang kedua, ibu manusia yang pertama adalah Hawa.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu (QS. An-Nisa [4]: 1).
Sesudah periode atau setelah Adam dan Hawa berpasangan sebagai suami istri, anak-anak manusia dari proses penciptaannya terbentuk melalui pertemuan sperma dan rahim. Kemudian terbentuk segumpal darah, berlanjut ke segumpal daging dan bertulang, lalu tulang itu kemudian dibungkus lagi dengan tulang.
ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim) (QS. Al-Mu’minun [23]: 13).
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik (QS. Al-Mu’minun [23]: 14).
Guna lebih memperjelas bahwa penciptaan manusia periode pasca Adam dan Hawa itu terbentuk dari sperma, antara lain dapat kita baca melalui sabda Rasulullah Saw:
إنَّ أَحَدَكُم يُجْمَعُ خلقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ،
Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dipadukan bentuk ciptaannya dalam perut ibunya selama empat puluh hari (dalam bentuk mani) lalu menjadi segumpal darah selama itu pula (selama 40 hari), lalu menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh pada janin tersebut, lalu ditetapkan baginya empat hal: rizkinya, ajalnya, perbuatannya, serta kesengsaraannya dan kebahagiaannya.” (Bukhari-Muslim).
Dari segi proses penciptaannya, manusia lahir, tumbuh dan berkembang sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia dikaruniai susunan tubuh dengan segala yang meliputinya adalah paling sempurna dibandingkan dengan makhluk-makhluk Allah lainnya.
Yang paling membedakan manusia dengan makhluk Allah lainnya, karena manusia dianugerahi akal. Dengan akal bisa memilih mana perbuatan yang baik dan buruk. Manusia diberi kebebasan memilih. Itu sudah tawaran dari Allah Swt.
Tetapi manusia juga dihadapkan pada balasan baik atau buruk atas pilihan-pilihannya itu. Surga atau neraka. Dan untuk itu, Allah Swt menciptakan batas waktu untuk beramal. Batas waktu itudalam Al-Quran kita kenal dengan istilah ajal. Setiap manusia dibatasi waktunya dalam menjalankan hidup di dunia ini. Tidak ada yang selamanya hidup. Pasti ada kematian yang Allah berlakukan untuk setiap manusia.
ثُمَّ إِنَّكُمْ بَعْدَ ذَٰلِكَ لَمَيِّتُونَ
Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati (QS. Al-Mu’minun [23]: 15).
Perjalanan manusia tidak berhenti sampai saat mati alias menemui ajal. Saat mati hanya berhentinya kesempatan untuk beramal. Lebih dari itu, perjalanan yang sesungguhnya baru dimulai. Dan nanti umat manusia akan dibangkitkan. Hari kebangkitan setelah kematian adalah sebuah kepastian. Menerima atau menolak Hari Kebangkitan akan kita lalui.
ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تُبْعَثُونَ
Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat (QS. Al-Mu’minun [23]: 16).
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ
Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula) (QS. Az-Zumar [39]: 30).
Andai tidak turun ayat-ayat tentang kematian, nalar manusia sudah meyakini bahwa manusia akan pasti mengalami kematian. Otak waras manusia membenarkan adanya kematian. Otak waras manusia senantiasa menyadari bahwa manusia yang pada mulanya berawal dari saripati tanah akan kembali juga ke tanah.
Tetapi Allah Swt dengan cinta dan kasih sayang-Nya dengan menurunkan ayat-ayat kematian. Kematian pasti akan datang kepada manusia yang paling mulia dan juga manusia paling hina. Nabi Muhammad Saw, manusia yang paling agung, mulia diingatkan oleh Allah Swt bahwa Muhammad hanyalah seorang manusia, yang pasti akan menjumpai prosesi kematian.
Az-Zumar [39]: 30) ditujukan kepada Muhammad Saw, yang kemudian ayat ini pula yang dijadikan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai pengingat bagi sahabat-sahabat yang lainnya bahwa Muhammad memang telah wafat. Muhammad hanya manusia biasa. Bukan Tuhan. Muhammad hanya berposisi sebagai utusan Tuhan atau Rasulullah. Muhammad penyampai ajaran-ajaran Islam, bukan pencipta Islam. Muhammad penyampai Al-Quran, bukan pencipta Al-Quran.
Sesaat Rasulullah Saw wafat, banyak sahabat yang tidak percaya bahwa Nabi Muhammad Saw telah wafat. Umar bin Khththab termasuk yang sangat marah dengan beredarnya kabar bahwa Rasulullah Saw telah tiada. Bahkan Umar akan mengancam membunuh orang-orang yang mengabarkan Muhammad telah tiada.
Abu Bakar tampil sebagai sahabat yang mengingatkan Umar bin Khaththab serta sahabat-sahabat lainnya. Diantara nasihat Abu Bakar, Muhammad bukan untuk disembah. Muhammad harus ditiru perilakunya. Muhammad harus jadi panutan dalam setiap langkah. Apapun yang disampaikan Muhammad hatus diikuti. Tetapi Muhammad Sang Nabi dan Rasl itu manusia juga. Sebagaimana telah Allah berlakukan kepada para nabi dan rasul-Nya sebelum Muhammad juga telah wafat berpulang dipanggil Allah Swt.
Mengenai wafatnya Nabi Muhammad, Abu Bakar membacakan firman Allah bahwa yang demikian itu adalah sudah ketentuan Allah Swt.
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَىٰ أَعْقَابِكُمْ ۚ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا ۗ وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur (QS. Ali Imran [3]: 144).
Menurut riwarayat dari Ibnu Mundzir yang bersumber dari Umar bin Khththab, QS. Ali Imran [3]: 144 turun saat Perang Uhud. Kisahnya, ketika Umar bin Khththab menaiki gunung, orang-orang Yahudi berteriak : “Muhammad telah terbunuh”. Umar mengatakan: “Tidak akan kubiarkan orang yang mengatakan Muhammad telah terbunuh. Pasti akan kupenggal lehernya”. Pada saat itu Umar menyaksikan Nabi Muhammad dan kaum muslimin kembali ke posnya masing-masing.
Keterangan itu sebagai penguatan berita bahwa siapa saja bisa menumui kematian. Tidak terkecuali Nabi Muhammad Saw kekasih Allah. Di sini ada isyarah lembut namun tegas yang mengharuskan kita untuk mempersiapkan diri dengan bekal akidah yang benar, mengamalkan ibadah-syariah dan berakhlak seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw.
Kita pun mendapatkan pesan dari Allah bahwa jangan takut mati. Jangan pikirkan mati dengan cara apa dan bagaimana. Sebab yang paling penting dan harus diperjuangkan adalah mati dalam kebaikan. Mati dalam kondisi mengerjakan perintah Allah. Mati dalam membela agama Allah. Yang penting mati ketika kita mengharap ridha Allah Swt.