Pesan Ustadzah Syifa ‘Alawiyyah: Cinta Nabi Tidak Cukup di Lisan

Maulid Nabi Saw Sebagai Cahaya Penyembuh Jiwa, Pesan Ustadzah Syifa ‘Alawiyyah di Masjid Raya Al Jabbar.

Maulid Nabi Sebagai Cahaya Penyembuh jiwa, Pesan Ustadzah Syifa ‘Alawiyyah di Masjid Raya Al Jabbar

Majelis Taklim Akhwat Bersatu (MTAB) dan Majelis Remaja Akhwat (MRA) menggelar peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw 1447 H di Masjid Raya Al Jabbar, Ahad, 19 Oktober 2025. Kajian khusus muslimah bertema “The Light of Maulid: Healing Hearts, Calming Minds” ini berlangsung khidmat dan penuh makna dengan penceramah Ustadzah Syifa ‘Alawiyyah.

Dalam taushiyahnya, Ustadzah Syifa mengajak jamaah untuk meneladani Rasulullah ﷺ sebagai cahaya penyembuh hati dan penenang jiwa di tengah krisis keteladanan zaman.

Ia mengungkapkan, tidak ada satu pun ayat dalam Al-Qur’an yang memanggil Rasulullah ﷺ dengan seruan “Yā Muhammad.” Allah SWT selalu menyapa Nabi-Nya dengan gelar kemuliaan, seperti Yā ayyuhan-nabiyy (wahai Nabi) dan Yā ayyuhar-rasūl (wahai Rasul), sebagai bentuk penghormatan dan pengagungan.

Untuk menggambarkan keistimewaan Rasulullah ﷺ, Ustadzah Syifa mengutip bait syair dari Qaṣīdah al-Burdah karya Imam al-Būṣīrī:

 بَشَرٌ لَكَ الْبَشَرُ مِنْ فَوْقِهِمْ نُسِبُوا

Basyarun laka al-basyaru min fawqihim nusibu (Beliau memang manusia seperti manusia lainnya, namun derajatnya jauh di atas manusia biasa.)

Ustadzah Syifa menjelaskan, bait syair tersebut menegaskan bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah manusia sebagaimana kita, makan, tidur, dan beraktivitas sebagaimana manusia lainnya. Namun, jangan salah, beliau bukan manusia biasa. Beliau adalah manusia terbaik, penyempurna akhlak, dan puncak keteladanan bagi seluruh makhluk.

Menurutnya, Al-Qur’an lebih banyak mengisahkan hikayat kehidupan dibandingkan ancaman. Ia mengajak umat untuk merenungi tujuan penciptaan manusia.

“Kita diberi akal, bukan sekadar hidup. Maka tanyakanlah pada diri: untuk apa aku diciptakan Allah?” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Ustadzah Syifa juga menuturkan perjalanan hidup Rasulullah ﷺ yang penuh kesederhanaan sejak kecil. Dibesarkan oleh Sayyidah Ḥalimah dan Tsuwaibah al-Islamiyyah, Nabi Muhammad Saw tumbuh berbeda dari anak-anak seusianya baik fisik, akhlak, maupun tutur katanya.

Ustadzah Syifa menuturkan keindahan akhlak Nabi Muhammad ﷺ telah tampak bahkan sebelum turunnya wahyu. Ia mengutip riwayat sahih:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ أَحْسَنَ النَّاسِ، وَأَجْوَدَ النَّاسِ، وَأَشْجَعَ النَّاسِ

“Rasulullah ﷺ adalah manusia paling baik, paling dermawan, dan paling berani” (HR Bukhārī dan Muslim)

Ustadzah Syifa kemudian mengutip firman Allah SWT:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuknya dan ucapkanlah salam penghormatan dengan sungguh-sungguh” (QS Al-Ahzab: 56).

Ustadzah Syifa menjelaskan, shalawat Allah SWT kepada Nabi Saw bermakna pujian dan pengagungan atas kemuliaannya, sedangkan shalawat malaikat adalah bentuk doa.

“Maka orang beriman diperintahkan untuk bershalawat. Ini bukan bentuk berlebihan, tetapi bukti cinta kepada Rasulullah ﷺ,” tegasnya.

Ustadzah Syifa juga menyoroti kondisi umat masa kini yang disebutnya tengah berada di masa krisis keteladanan. Guru dipenjarakan karena aduan murid, anak lebih menghormati teman daripada orang tua, dan kemaksiatan kian dianggap biasa.

“Ini saatnya kembali kepada cahaya Rasulullah. Jangan sibuk mencari pengakuan manusia, tapi perbaiki diri agar kita berpulang dalam keadaan baik,” pesannya.

Menutup kajian, Ustadzah Syifa mengingatkan, cinta kepada Nabi ﷺ tidak cukup hanya di lisan, tetapi harus tercermin dalam akhlak dan perbuatan. Ia menegaskan, seorang muslim sebaiknya tidak mengemis untuk dipuji, melainkan harus terus memperbaiki diri dengan ikhlas.

“Perbaiki diri, dzāhiran wa bāṭinan, agar kita tidak hanya membanggakan Nabi, tetapi juga dibanggakan oleh Nabi ﷺ,” tutupnya. (Melin Nur Salamah /KPI UIN Bandung)

Posted in Berita, Info Al Jabbar, Kajian and tagged , , .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *