Memesrai Kematian

Mengapa Masih Berpaling dari Yang Maha Menghidupkan dan Mematikan?

إِنَّ اللَّهَ فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوَىٰ ۖ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَمُخْرِجُ الْمَيِّتِ مِنَ الْحَيِّ ۚ ذَٰلِكُمُ اللَّهُ ۖ فَأَنَّىٰ تُؤْفَكُونَ

Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling? (QS. Al-An’am [6]: 95).

Begitu banyak penampakan Kemahakuasaan Allah di muka bumi ini. Diantaranya Allah menumbuhkan butir tetumbuhan dan biji buah-buahan. Bibit tumbuhan yang mati itu di tanam di tanah yang mati. Tetapi kemudian Allah hidupkan.

Hidup setelah matinya biji-bijian merupakan bagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah Swt.  Dari tanah yang mati dan dari bibit atau biji-bijian tanaman yang mati kemudian Allah hidupkan beragam buah atau yang sering disebut hasil bumi. Ada yang rasanya pedas, jenis pedasnyapun berbeda-beda. Ada yang rasanya manis, manisnyapun berbeda-beda. Ada yang rasanya kecut, kecutnyapun berbeda. Ada yang rasanya tawar, tawarnyapun berbeda-beda.

Mustahil semua itu akan terjadi tanpa adanya Yang Maha Menghidupkan dan Mematikan. Itu pasti ada sesuatu kekuatan yang menggerakkan, yakni Sang Khaliq: Allah Swt.

Cukuplah tanda-tanda yang demikian itu kita jadikan bagian dari timbulnya atau menguatnya keimanan kita kepada Allah Yang Menghidupkan sesuatu setelah kematian sesuatu itu. Jangan sampai kita terjebak pada kebimbangan dan keraguan yang tidak pada tempatnya. Jangan sampai kita dinilai oleh Allah sebagai orang yang berpaling dari kebenaran-Nya.

Bertakwa kepada Yang Menghidupkan dan Mematikan

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah “Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?” (QS. Yunus [10]: 31).

يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَيُحْيِي الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ وَكَذَٰلِكَ تُخْرَجُونَ

Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan menghidupkan bumi sesudah matinya. Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur) (QS. Ar-Rum [30]: 19).

Allah turunkan rezeki dari langit berupa air hujan. Dengan turunnya air hujan sawah dan ladang pertanian untuk bercocok tanam tumbuh dan berkembang serta berbuah hingga dipanen. Hasil panen digunakan untuk kebutuhan umat manusia. Dari rerumputan yang menghijau dimakan hewan ternak. Hewan ternak juga diambil tenaganya, dagingnya, susunya, kulitnya dan lain sebagainya juga untuk kebutuhan manusia.

Secerdas-cerdasnya manusia tidak yang mampu bikin manusia lagi. Paling banter bikin robot yang kemampuannya sangat terbatas. Sehebat-hebatnya manusia sampai kapanpun tidak akan ada yang mampu bikin mata, paling top kaca mata. Sehebat-hebatnya manusia tidak akan ada yang mampu membuat telinga. Paling top membuat alat bantu dengar.

Semuanya adalah bikinan Allah Swt. Percaya adanya Allah yang Maha Menciptakan alam semesta saja tidak atau belum cukup. Berhenti sampai percaya saja belum atau tidak menunjukkan iman yang sempurna.

Kepercayaan itu harus diikuti dengan laku perbuatan dalam keyakinan, perkataan dan tindakan yang merujuk pada Al-Quran dan tuntunan Nabi Muhammad Saw. Dalam bahasa yang singkat disebut taqwa: menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dalam sepi maupun dalam keramaian.

Percaya alam semesta ada yang menciptakan, sampai di sini saja tidak cukup. Maka, buktikan dengan pelaksanaan ibadah mahdhah (syahadat, shalat, zakat, puasa di bulan ramadhan dan haji). Di luar mahdhah atau pergaulan sosial, prinsip-prinsipnya mengacu pada nilai-nilai wahyu.

nihwanPenulis adalah penulis buku dan content creator Nihwan TV.

Posted in Kajian, Opini and tagged , , , .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *