Kurban yang Diterima Allah SWT

Kurban yang diterima Allah SWTKurban adalah salah satu ibadah penting dalam Islam yang dilakukan pada hari raya Idul Adha. Ibadah utama pada hari raya Idul Adha ini bukan hanya sekadar menyembelih hewan, melainkan simbol ketakwaan, keikhlasan, dan ketaatan seorang hamba kepada Allah SWT.

Namun, tidak semua kurban diterima oleh-Nya sebagaimana dicontohkan dalam sejarah kurban Qabil dan Habil dua putera Nabi Adam a.s.. Artikel ini akan membahas syarat kurban yang diterima Allah SWT, berdasarkan Al-Qur’an, hadits Nabi Muhammad SAW, dan sejarah kurban pertama dalam Islam.

Sejarah Kurban dalam Islam

Sejarah kurban dalam Islam bermula dari kisah kurban dua putera Nabi Adam a.s., Qabil dan Habil. Dikutip dari buku Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir, Habil memilih hewan kurban berupa seekor kambing yang terbaik dan paling gemuk. Sedangkan Qabil memilih untuk mempersembahkan hasil pertanian yang buruk.

Ketika mereka menyerahkan kurban-kurban tersebut, api turun dari langit dan menyambar kurban Habil, menunjukkan bahwa kurban Habil diterima. Namun, api tidak menyentuh kurban Qabil, menandakan bahwa kurban Qabil ditolak. Qabil marah dan mengancam Habil, mengatakan bahwa dia akan membunuhnya dan menghalangi Habil untuk menikahi saudara perempuannya yang kembar.

Habil menjawab, “Sesungguhnya, Allah SWT hanya menerima kurban dari orang-orang yang bertakwa.” Kisah ini juga diabadikan dalam QS Al-Ma’idah ayat 27.

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ ابْنَيْ اٰدَمَ بِالْحَقِّۘ اِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ اَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْاٰخَرِۗ قَالَ لَاَقْتُلَنَّكَ ۗ قَالَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ

“Bacakanlah (Nabi Muhammad) kepada mereka berita tentang dua putra Adam dengan sebenarnya. Ketika keduanya mempersembahkan kurban, kemudian diterima dari salah satunya (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti akan membunuhmu.” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang-orang yang bertakwa.”

Sejarah kurban yang kemudian menjadi syari’at Islam saat ini adalah kisah kurban Nabi Ibrahim a.s. dan putranya Nabi Ismail a.s. Ketika Allah SWT menguji Nabi Ibrahim melalui mimpi untuk menyembelih anaknya (Ismail), beliau menjalankannya dengan penuh keikhlasan.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’ (QS. Ash-Shaffat: 102)

Sebagai balasan atas keikhlasan tersebut, Allah SWT mengganti Nabi Ismail a.s dengan seekor hewan kurban dari langit. Sikap keluarga Ibrahim dalam berkurban mencerminkan totalitas keimanan dan penghambaan diri kepada Allah SWT.

Kurban yang Diterima Allah SWT

Dalam Islam, Allah tidak melihat bentuk fisik kurban, tetapi ketakwaan pelakunya. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an:

لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقْوَىٰ مِنكُمْ

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu…” (QS. Al-Hajj: 37)

Artinya, kurban akan diterima Allah jika dilakukan dengan penuh ikhlas, niat semata karena Allah, dan mengikuti syariat yang benar.

Syarat Kurban yang Diterima Allah SWT

Agar kurban diterima, umat Islam harus memenuhi beberapa syarat penting:

1. Niat yang Ikhlas

Segala amal ibadah harus dilandasi niat yang tulus karena Allah. Hadits Nabi Saw:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ

“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya…” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Hewan Kurban Sesuai Syar’i

Jenis hewan kurban harus dari binatang ternak (kambing, domba, sapi, unta) dan memenuhi usia serta tidak cacat.

3. Waktu Penyembelihan

Kurban hanya sah jika disembelih setelah salat Idul Adha sampai hari Tasyrik (11–13 Dzulhijjah).

4. Tidak Ada Unsur Riya’

Seperti syarat pertama dan utama, ibadah kurban harus dilakukan ikhlas, semata-mata karena Allah SWT. Kurban yang dilakukan untuk pamer, mencari pujian, atau keuntungan duniawi akan tertolak.

Hukum, Hikmah, dan Makna Kurban

Hukum ibadah kurban adalah sunnah muakkadah, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan dan dianjurkan bagi umat muslim yang mampu. Beberapa ulama juga berpendapat bahwa kurban menjadi kewajiban bagi mereka yang mampu.

Ibadah kurban adalah amalan sunah utama pada hari raya Idul Adha. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Hakim, Ibnu Majah dan Tirmidzi dari Sayidah Aisyah, Nabi Saw bersabda:

مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَظْلاَفِهَا وَأَشْعَارِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

“Tidaklah pada hari nahr manusia beramal suatu amalan yang lebih dicintai oleh Allah dibanding mengalirkan darah dari hewan kurban. Ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, rambut hewan kurban tersebut. Dan sungguh, darah tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban.”

Hadits ini menegaskan bahwa kurban yang dilakukan dengan niat ikhlas akan mendapat pahala besar dan kedekatan dengan Allah SWT.

Melalui ibadah kurban, seorang muslim diajarkan untuk:

  • Meneladani ketaatan Nabi Ibrahim a.s
  • Mengorbankan hal-hal duniawi demi kecintaan kepada Allah SWT
  • Berbagi kepada sesama, terutama fakir miskin
  • Menumbuhkan kepedulian sosial dan ukhuwah Islamiyah.

Kesimpulan: Kurban yang Diterima Allah SWT

Agar kurban diterima oleh Allah SWT, maka harus dilakukan dengan:

✅ Niat yang ikhlas
✅ Hewan yang sah menurut syariat
✅ Waktu penyembelihan yang tepat
✅ Tanpa pamrih duniawi
✅ Semangat ketakwaan dan pengorbanan

Kurban bukan hanya sekadar ritual, tetapi ujian keimanan dan wujud ketaatan kepada Allah SWT, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim a.s. dan sebelumnya oleh Habil Putera Nabi Adam a.s. Wallahu a’lam bish shawabi.

Posted in Ibadah, Kajian and tagged , , .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *